Wawancara yang Mengharukan : Majalah Al-Shamikhah dengan Seorang Janda Mujahid, Ummu Muhannid


Sebuah wawancara yang mengharukan dengan seorang janda mujahid, Saudari kita, Ummu Muhannid…
o – O – o

Ummu Muhannid, semoga Allah merahmatinya, adalah istri dari seorang mujahid dan ibu bagi anak-anaknya.

Dia sekarang menjadi seorang janda dari syuhada –seperti yang kita sangkakan tentang dia (Insya Allah)–, yang mana ia telah terbunuh di bumi jihad dalam rangka memerangi Pasukan Salib, musuh-musuh Allah (semoga Allah menerimanya dan meninggikan derajatnya).

Dan saudari kita telah bersama kami dalam wawancara ini ...
o – O – o

Pertanyaan 1 : Sebelum Anda mulai berbicara tentang suami anda –semoga Allah menerimanya– dan kisahnya hijrah ke bumi jihad, kami ingin Anda menceritakan kepada kami tentang kisah Anda dan suami anda dari awal ... Dan apakah dia adalah seorang mujahid ketika kalian berdua menikah ... atau dia bergabung dengan kafilah mujahidin setelah itu (setelah anda menikah)?

Jawaban : Segala puji hanya bagi Allah, Rabb Semesta Alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya dan para Sahabatnya ...

Saya ucapkan terima kasih untuk pertemuan ini dan saya memohon kepada Allah untuk memberikan saya dan Anda kesuksesan dalam melakukan apa yang baik dan benar untuk ummat (Islam), dan sebelum berbicara tentang hal tersebut kita harus selalu ingat bahwa perihal ini adalah murni keberhasilan dan karunia yang diberikan oleh Allah semata.

Kami memohon kepada Allah Yang Mahakuasa agar diberi kesabaran dalam menempuh jalan yang lurus, amiin...

Saya dibesarkan di sebuah keluarga yang berkomitmen kepada Islam (taat agama), alhamdulillaah, tetapi pemahaman tentang (ibadah) kepada Allah bukanlah tujuan sebenarnya, melainkan hal itu hanya lah mentaati dan mengikuti (adat/kebiasaan) saja. Saya tertarik sekali dengan berita-berita seputar Peristiwa Bosnia dan setelah itu Jihad di Chechnya, dan kemudian untuk pertama kalinya saya melihat sebuah film mujahidin yang berisi (kemenangan Jihad di Chechnya). Saya merasa bahwa ada dunia lain yang tinggal bersama kita di planet ini seolah-olah mereka (berasal) dari para sahabat nabi, dan saya tidak pernah bosan membaca buku (cerita dari kehidupan para sahabat nabi/sirah sahabat). Setiap saat aku memiliki firasat dan berharap untuk dapat berjihad. Aku berkata pada diriku sendiri : “Dimanakah kamu diantara mereka? Dan di manakah jalannya untuk pergi berjihad? Dan bagaimana dan bagaimana, dll ...“

Aku bahkan tidak pernah berpikir bahwa aku akan menikah dengan seorang mujahid, aku terbiasa untuk bertanya pada diri sendiri, darimana ia akan datang? Dan bagaimana saya meyakinkan keluarga saya nantinya?! Dan siapa yang akan mengerti aku dan memahami keresahan dan keinginan ku!?!




Saya menjadi sakit dari kehidupan yang memalukan ini dan memutuskan untuk tidak pernah menikah selama pernikahan itu jauh dari pembelaan terhadap agama Allah. Dan saya mencapai suatu kondisi dimana setiap kali saya bangun untuk berdoa kepada Allah di sepertiga malam terakhir, saya memohon kepada Allah bahwa semoga saya akan mati tanpa menikah, jadi saya tidak akan menjalani kehidupan biasa/normal yang semu itu (maksudnya hidup berkeluarga bersuamikan orang yang bukan mujahid yang hidupnya tidak berjihad membela agama Allah seperti orang-orang, ed). Tapi tahun demi tahun berlalu dan saya menyadari bahwa saya tidak mati! Dan dengan itu meningkat pula tekanan dari orang tua saya untuk menyetujui pernikahan, jadi saya mengatakan mengapa saya tidak berdoa kepada Allah untuk mengkaruniai saya dengan pasangan seorang mujahid karena Allah mampu melakukan semua hal.

“Dan Rabbmu berfirman : "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”. (QS Al Mu’min : 60)

Allah mendengar doa saya dan mengabulkan untuk saya dari arah yang saya tidak sangka-sangka sebelumnya.

“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan“. (QS. An Naml : 62)

Dalam kasus suami saya –semoga Allah menerimanya– hal itu adalah kasus yang sama, ia mencari jalan untuk berjihad, berdoa memohon kepada Allah untuk itu dan dia pun tidak ingin menikah. Kemudian ia berdoa kepada Allah dengan meminta apa yang dia inginkan dan dia gunakan untuk mengatakan bahwa ia tidak menginginkan istri yang jika menerima gaji atau uang mulai mengatakan “aku ingin gaun dan perhiasan dan lain-lain”. Melainkan ia ingin seorang istri yang mengatakan “ini adalah untuk Afghanistan dan ini untuk Chechnya dan sebagainya”.

Bahkan dalam waktu pencarian dan untuk bergabung dalam jihad tidak berjalan seperti yang seharusnya (tidak semudah yang dibayangkan), saya menggambarkan periode itu sebagai suatu perasaan dan emosi yang tidak memiliki aplikasi yang realistis. Dan ketika kami bertemu, dia bertanya kepadaku : “Di mana kamu ingin kita tinggal? Dekat keluarga ku atau keluarga mu?”

Aku berkata : “Aku tidak ingin rumah di sini, tapi rumah kita akan berada di Afghanistan, Insya Allah.”

Setelah pernikahan saya selalu mengatakan kepadanya : “Apa yang saya minta kepada Allah untuk figur seorang pasangan hidup ada padamu (seperti akhlaq yang baik, komitmen kepada agama dan berilmu). Saya telah menemukan itu, kecuali satu hal (saya maksud jihad secara fisik)”. Dan dia biasanya menjawab –semoga Allah menerimanya–: “Teruslah berdoa sampai semua doa-doamu dikabulkan“.


Pertanyaan 2 : Bagaimana hari keberangkatan dan perpisahannya kepada Anda?

Jawaban : Kehidupan kami berlalu begitu cepat seolah itu (terjadi) hanya sekejap mata, dan itulah dunia yang fana. Betapa aku bermimpi dan berharap bahwa suami ku adalah seorang mujahid adalah cara agar aku dapat menggapai jihad, dengan beriman pada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya, kejujuran dan mengambil langkah yang tepat, apakah cara yang nyata, dan Dialah (Allah) yang memilih (diantara hamba-hamba-Nya) dan yang memberi keberhasilan.

“Demikianlah karunia Allah“. (QS. Al Jumu’ah : 4)

Kami memohon kepada Allah Yang Mahakuasa karunia-Nya, sebab sesuatu dilarang (karena suatu kondisi) dan tidak selalu hanya seperti itu (alasannya).

Dan mungkin saya menggambarkan periode sebelum keberangkatannya, bahwa aspirasi dan angan-angan tanpa tindakan tidak akan menjadi jalan untuk mencapai jihad. Seberapa sering kami menyaksikan bahkan kami menyalurkan dan mengumpulkan uang, tetapi untuk setiap tujuan pasti ada jalan dan untuk setiap tujuan harus mengambil tindakan yang sesuai dengannya.

Karena jihad dengan jiwa dan untuk mencapai bumi jihad (bahkan jika itu berada di bawah kaki Anda) jalan itu adalah jalan persiapan dan pencarian yang sungguh-sungguh.

Dan jangan ada konflik di setiap tahap dan apa yang menyertainya, semua (langkah) merupakan jalan (menuju) jihad tetapi jika telah menemukannya maka itu adalah limpahan karunia yang dianugerahkan Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Tetapi merupakan suatu kesalahan adalah membatasi diri untuk berdiri (menunggu) di awal jalan yang jika kita berada di suatu eskalator dan berdiri di awal lalu menunggu (eskalator datang) untuk lewat maka kita akan mencapai nya tanpa kesulitan.

Pada masa-masa menjelang (keberangkatan) hijrah, saya melihat adanya perubahan yang nyata darinya, pancaran antusiasme dan semangat yang menyala. Jadi dia, -semoga Allah menerimanya– mencari jalan seperti seorang ibu yang sedang berduka mencari anaknya. Jika dia merasa ada kebaikan pada seseorang maka dia akan menempel kepadanya sampai ia menemukan orang tersebut tidak ada peluang untuk menawarkan dalam hal jalan untuk jihad, maka dia merasakan kesedihan yang mendalam. Saya bahkan biasanya melihat cahaya di wajahnya kemudian aku merasa bahwa hari keberangkatannya telah dekat dan itu adalah hari terakhirnya. Dan mentari dari pertemuan ini akan segera tenggelam berakhir, bintang-bintang perpisahan mulai melayang-layang di sekitar kami, jadi aku sembunyikan air mataku jauh darinya dan berbohong padanya tentang perasaan saya sampai dia datang untuk memberitahukan kabar baik bahwa ia akan mengejar ketertinggalannya dari para kafilah mujahidin.

Dan meskipun dengan besarnya (kegembiraan) dari kabar baik yang datang, namun hal itu adalah sebuah kejutan yang menimbulkan kekalutan karena saya tidak pernah membayangkan suatu hari ia akan pergi tanpa aku, tapi kemudian saya pikir saya harus mendukungnya dan tidak menjadi halangan di jalan (baginya), jadi saya tidak akan membiarkan dia mundur atau jalan akan tertutup bagi dirinya.

Jadi dia mulai mempersiapkan dokumen-dokumen perjalanan, dan kemudian mulai masuk ke dalam waktu yang sangat sulit dan suatu masa dimana dia tidak bisa menemukan solusi sampai batas waktu hampir berakhir adalah itu menjadi seperti suatu ujian dan mulai ada unsur-unsur untuk melemahkannya dengan banyaknya yang memprotes rencana keberangkatannya dari segala arah dan masing-masing lebih kuat dari yang lain. Adalah anaknya yang selalu dia peluk dengan penuh cinta dan selalu bermain bersama mereka sehingga meningkatkan keterikatan kepada anak-anaknya ke titik dimana ia tidak akan keluar dari rumah tanpa sebelumnya harus menelepon anaknya dan merindukannya.

Dan dimana dia akan meninggalkan anak-anak yang disayanginya, saudara-saudaranya dan ibunya tanpa bisa meninggalkan untuk mereka tabungan walau hanya sekeping dinar ataupun dirham, dan yang lain yang mengingatkan dia dari orang tuanya dan pengabdian untuk berbakti dalam memenuhi kebutuhan mereka dan dia harus mengamankan kehidupan mereka sebelum keberangkatan, dan yang lainnya mengatakan cukup jihad dengan uang saja dan dengan itu lebih bermanfaat bagi jihad daripada dengan jiwa Anda dan Anda hanya memiliki satu jiwa (memang benar, tapi tujuan sebenarnya mereka adalah menipu dirinya untuk tetap jauh dari jihad).

Ini adalah satu jiwa dan ciptaan Allah adalah sangat mahal. Jika jihad tidak butuh untuk itu (maksudnya tidak membutuhkan jiwa), maka berapa banyak jiwa-jiwa itu yang sangat membutuhkan jihad. Dan kemudian masalah itu mereda dan ia tidak menunggu satu hari ekstra pun dan hal terakhir yang melemahkan hati dia kembali adalah "Anda sibuk selama periode-periode terakhir! kenapa Anda tidak menunda kepergian anda selama satu hari saja untuk mengucapkan selamat tinggal kepada anak-anak Anda dan istri Anda!”

Dan tidak ada keraguan bahwa setiap jam yang dia habiskan bersama kami adalah lebih mahal bagiku daripada seluruh isi dunia, tetapi aku juga takut sama seperti dia atas hal-hal yang mungkin menjadikan hal ini rumit sekali lagi jika kita lemah, sehingga saya tidak mendukung sikap lemah kami dan mendorong dia untuk tetap melanjutkan dengan memuji Allah.

Dan teman-temannya mulai berjatuhan satu per satu, mereka semua telah berjanji dan bersumpah setia dan setiap kali hari keberangkatan menjadi lebih dekat, satu per satu dari mereka mundur –Kita memohon Allah agar diberi keteguhan–. Bahkan sebelum keberangkatannya yang hanya tinggal satu hari, temannya yang terakhir meminta maaf karena dia tidak bisa berangkat, sehingga suami saya datang pulang dengan berlinang air mata di matanya seraya mengatakan : “Aku berharap engkau (Ummu Muhannid) adalah laki-laki sehingga saya dapat membawa kamu untuk bersama-sama hijrah!”.

Dan ia pun berangkat sendirian ... hijrah ... dan Allah bersamanya.

Adapun gejolak perasaan pada saat itu, kata-kata tidak akan mampu menjelaskannya, karena kita adalah manusia biasa dan ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang air mata beliau mengatakan : “Itu adalah rahmat Allah yang diberikannya dalam hati umat-Nya”, itu adalah kebahagiaan yang luar biasa besar yang bercampur dengan kesedihan yang besar pula.

Itu adalah konflik antara senyum sukacita dan air mata penderitaan dimana senyuman yang menyembunyikan paksa air mata kesedihan. Kebahagiaan baginya bahwa Allah telah memudahkan untuknya jalan ini, dengan kesedihan dari kami yang tersisa dan pemisahan kami dengan orang yang baik.

Saya sudah mencoba untuk menjadi tegar dan menyembunyikan perasaan sedih dan perpisahan ini dan menunjukkan kebahagiaan didepannya. Kusiapkan oleh diriku sendiri semua yang ia butuhkan untuk perjalanan seperti seorang ibu mempersiapkan anaknya untuk hari pernikahannya, sebenarnya saya menangis di saat-saat terakhir namun cepat-cepat menghapusnya dan ini adalah murni kesuksesan yang diberikan dari Allah sampai ia pergi keluar dan seolah jiwa saya pun pergi keluar bersamanya.


Pertanyaan 3 : Bagaimana perasaan si kecil (anak-anak) dan apakah mereka tahu di mana ayah mereka? Dan apakah ada saat-saat di mana mereka merindukan ayahnya?

Jawaban : Anak-anak seperti biasa, mereka selalu merindukannya dan mereka bertanya, kadang-kadang mereka menangis terutama pada hari-hari awal setelah keberangkatannya, salah satu dari mereka untuk waktu yang lama terus menunggu kembalinya sang ayah ke titik di mana ia tidur di depan pintu atau di balik jendela dan setiap kali ada yang mengetuk pintu ia berteriak namanya dan bergegas untuk menyambutnya.

Sering ia membayangkan sang ayah di dalam imajinasinya berdiri di depannya, berbicara dengannya dan membuatnya tertawa dan kemudian dia melempar dirinya sendiri seperti dia melempar dirinya di antara pelukan lengan ayahnya.

Dia ingat betul hari keberangkatan dan saat-saat terakhir perpisahan, meskipun saya pikir dia belum mampu menyadari apa yang terjadi waktu itu tapi adegan keberangkatan terukir dalam ingatannya dan setelah periode yang agak lama saya menemukan dia mengatakan tentang perpisahan itu secara jelas dan terperinci!

Dan semenjak dari usia muda mereka menonton rilisan video-video mujahidin terutama komandan Khattab –semoga Allah merahmatinya–, dan mereka tidak pernah bosan menontonnya.

Dan tentu saja saya tidak bisa memberitahu mereka tentang hijrahnya ayah mereka untuk berjihad karena khawatir mereka akan berbicara tentang hal itu atau seseorang bisa tahu, karena beberapa hal ikhwan yang hijrah untuk berjihad jarang terjadi di negara kami dan Allah cukup bagi kami yang Maha Sempurna adalah Dia yang kita percayai.

Dan kemudian yang lebih tua diantara mereka (meskipun usianya masih muda) melihat hubungan antara film-film mujahidin dengan ketidak-adaan ayahnya dan karena intensitas cintanya kepada mujahidin bertanya tentang mereka dan bagaimana mereka tidur dan kemudian berkata, "Di mana anak-anak mereka, sepertinya mereka punya anak tapi mereka meninggalkannya dengan ibu mereka untuk berjihad, dan tampaknya ayah saya pergi seperti mereka ... apakah begitu? Tidak... saya akan lakukan seperti mereka.”

Dan ketika ia tahu aku menatap lembut kepadanya dan membuat dia mengerti apa yang pantas baginya, saya mengatakan kepadanya bahwa ini adalah apa yang Allah telah perintahkan dan saya ceritakan kepadanya kisah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam dan putranya Ismail ‘Alaihissalam, bahwa kita harus mau mengorbankan (apapun) yang kita cintai demi agama Allah, dan seterusnya.

Dan ini membuat mudah bagi mereka untuk bersyukur kepada Allah dan mereka bersukacita bahwa ayah mereka meninggalkan mereka untuk alasan ini serta meningkatkan keterikatan mereka untuk jihad, walhamdulillaah.

Sedangkan untuk memberitahu mereka tentang kesyahidan ayah mereka, seorang saudari yang melakukannya. Aku tidak memberitahu mereka dengan alasan yang sama, yaitu kerahasiaan. Seorang saudari membawa yang paling tua dan mengatakan padanya : Kamu menyukai mujahidin. Dan dia berbicara kepadanya tentang kesyahidan dan membuatnya lebih berkeinginan dan berkata kepadanya : “Apakah kamu suka jika ayahmu menjadi syahid seperti Zarqawi, seperti Khattab dan sebagainya?”. Kemudian ia menceritakan, dia sangat senang mendengar berita itu dan suasana hatinya membaik, lalu dia menjelaskan hal tersebut kepada saudara-saudaranya dan mereka menerimanya dengan kebahagiaan yang sama.

Dan tentu saja mereka masih merindukan ayahnya atau berpikir tentangnya terutama ketika mereka melihat rekan-rekan mereka, dan kadang-kadang mereka bersedih hati dan sering memainkan peran seorang ayah dan menggunakan nama ayahnya, tapi juga saling mengingatkan bahwa dia berada di surga, Insya Allah. Dan ini adalah yang terbaik dari Allah dan untuk mencari keridhaan Allah dibanding untuk mencari apa-apa yang kita cintai dan kita akan diberi balasan di surga, kami memohon karunia-Nya, dan agar hal ini tidak lagi menjadi suatu kesedihan, walhamdulillaah.

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa, bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. Dialah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yunus : 62 – 65)


Pertanyaan 4 : Mengapa dia tidak membawa Anda bersamanya?

Jawaban : Sifat dari masalah ini adalah bahwa Anda tidak dapat membawa wanita dan anak-anak hanya setelah ada kepastian tentang cara dan lokasi yang tepat. Mungkin beberapa dari mereka yang berhijrah dan para wanita mereka dapat berhijrah bersama mereka, karena mereka sudah mengetahui cara dan apa yang dibutuhkan. Tapi suami saya takut untuk mendapatkan keterikatannya pada apapun yang dapat menghambat jalannya dan dia berjanji bahwa ketika ia menemukan untuk kami jalan yang aman dia akan membawa kami bersamanya dan memang ia mencobanya setelah ia pergi dan kami bersiap-siap untuk itu. Tapi kesyahidan itu lebih dekat dengan kami daripada kebersamaan, kita adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kita akan kembali.

Aku memohon kepada Allah untuk menggantikan bagi kami, anak-anaknya dan keluarga kami dengan pertemuan di surga firdaus tertinggi dengan bertemu makhluk ciptaan yang terbaik (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam)... amiin.


Pertanyaan 5 : Apakah mungkin wanita menjadi motivator (pemberi semangat) jihad atau malah menjadi halangan untuk itu?

Jawaban : Tentu saja... ini dianggap sebagai masalah oleh banyak ikhwan dan akhwat, mereka melihat bahwa pernikahan merupakan kendala bagi jihad atau menjadi halangan bagi jihad.

Ikutilah tips ini : Nikahilah wanita salihah (jika tidak), Anda akan menjadi pecundang.

Perempuan adalah seperti laki-laki, jika nafsu dan kenikmatan dunia lebih mendominasi daripada cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian ia akan menjadi salah satu hambatan pertama dan kesengsaraan yang menggagalkan seseorang untuk pergi berjihad. Kita memohon Allah agar diberi keteguhan.

Dan dia juga dapat menjadi salah satu dorongan pertama ketika iman memasuki hatinya dan tahu jalan yang benar.

“Dan barangsiapa yang ditunjuki Allah, Dialah yang mendapat petunjuk“. (QS. Al Isra’ : 97)

Seperti yang telah dikatakan (dalam suatu peribahasa) : Di balik setiap orang yang besar ada seorang wanita (dibelakangnya).

Wanita memiliki peran kunci yang sangat penting, yang memberi dorongan dan dukungan. Ketika kita meremehkan pentingnya peran ini, itu adalah kesalahan fatal. Dan jika seorang wanita yakin dengan sesuatu, maka ia menjadi sumber (kekuatan) untuk itu dan dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya, Insya Allah.

Dia akan mendidik dan mendorong anak-anak mereka sejak masa kanak-kanak sampai ia menjadi mujahid, dan kemudian mendukung dia sampai ia mendapatkan apa yang diinginkannya, dengan izin dari Allah Yang Mahakuasa.

Jadi mujahidin sangat membutuhkan mereka (kaum wanita) yang mendukung dan mendorong dirinya serta menjadi penolong untuknya Insya Allah. Dan adalah makhluk ciptaan terbaik (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam), pada awal wahyu beliau tidak pergi ke rumah temannya atau kepada pamannya yang telah membesarkan dia, juga tidak tinggal di gua tempatnya beribadah, tetapi beliau pergi kepada istrinya dan kebaikan hati Khadijah lah yang menenangkan serta mendukung beliau. Dia adalah (perempuan) yang pertama yang percaya dan beriman kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan kita mengambil (bagian dalam) peran besar ini sebagaimana Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam :

“Dia percaya pada saya ketika orang lain tidak percaya, dan dia percaya ketika orang-orang berpikir aku berbohong, dan ia membantu saya dengan hartanya ketika orang lain tidak memberiku harta).”

Dan setelah memotivasi jihad, seorang wanita juga memiliki peran yang tidak kalah penting selain dari dukungan, Aisyah Radhiyallahu ‘anha dan beberapa wanita muslimah (sahabiyah) memberi minum para mujahid yang kehausan dengan air dan mengobati yang terluka. Dalam kasus ketika jihad membutuhkan wanita, Shafiyah Radhiyallahu ‘anha adalah yang pertama mencontohkannya secara langsung ketika dia membunuh orang Yahudi yang berdiri di sekitar medan perang dan waktu itu tidak ada seorang pun di sana untuk menghentikannya. Juga (keteladanan) Ummu Umarah Radhiyallahu ‘anha yang membela Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam Perang Uhud sehingga Nabi memujinya dengan mengatakan :

“Setiap kali saya melihat kanan atau kiri pada hari Uhud, aku melihatnya berjuang untuk membela saya”.


Pertanyaan 6 : Bagaimana pandangan dari keluarga dan masyarakat kepada Anda sebagai istri mujahid atau seorang teroris sebagaimana masyarakat saat ini menggambarkan tentang mereka?

Jawaban : Masyarakat dibagi menjadi pendukung dan pencetak untuk jihad atau penyerang dan penentang jihad, sehingga seperti itulah bagaimana mereka dalam perilaku dan memandang para istri mujahidin.

Untuk keluarga saya, meskipun rasa cinta dan simpati mereka kepada putri mereka, namun rasa takut tetap membelenggu mereka. Karena mungkin mereka takut saya membawa ide suami atau menyebarkannya walaupun mereka tahu hal itu adalah benar, tetapi orang yang duduk jauh dari jihad memilih keselamatan dan ketakutan dengan pengorbanan untuk Allah (maksudnya mengorbankan perintah Allah, ed)! Karena kadang-kadang hal yang paling penting bagi mereka adalah saya mau melupakan masa lalu dan mereka menekan saya tentang pernikahan kedua. Jadi menurut mereka saya akan hidup normal dan mendapat kompensasi atas apa yang terjadi padaku.

Sedangkan untuk masyarakat, ada yang menjadi pengecut dan memutus hubungannya dengan kami sepenuhnya setelah ia tahu pria ini adalah (teroris) Mujahid, meskipun ia mungkin telah menjadi teman selama bertahun-tahun.

Dan ada yang bersimpati dengan kami atau dengan anak-anak, kemudian untuk beberapa waktu menanyakan tentang keadaan mereka. Tetapi setelah itu ia berpaling dan melupakan masalah ini, karena mereka melupakan mujahidin dan saudara mereka yang ditawan.

Tentu saja ada jenis mereka yang tidak bisa melupakan dan mereka menggabungkan perkataan dengan tindakan. Dan terima kasih Ya Allah, orang-orang seperti ini semakin meningkat luar biasa, terutama dengan adanya tanda-tanda kemenangan dan dengan penghinaan kepada Amerika dan negara pemerintahan boneka di mata orang-orang setelah kematian prestise mereka di tangan para mujahidin (Daulah Islam) pelindung ummat.

Dan untuk saudari-saudari yang mendukung, tentu mereka melihat kami dengan hormat dan kesetiaan, kita lakukan semua ini hanya karena Allah.


Pertanyaan 7 : Bagaimana anda menerima berita tentang kesyahidan (suami anda)?

Jawaban : Alhamdulillaah. Berita tersebut bagi saya adalah bukan berita yang dampaknya merefleksikan hal itu menjadi suatu perpisahan dengan orang yang disayangi dan masalah psikologis lainnya. Tetapi hal yang utama adalah bahwa saya tidak sedang menunggu berita ini saat ini, dan ini adalah kesalahan.

Bukan bermaksud untuk menghilangkan tentang berita kematian ini karena itu adalah takdir Allah yang ghaib, melainkan aku selalu berharap kepada Allah bahwa ia akan kembali untuk mengambil saya bersamanya untuk hijrah dan harapan saya akan tercapai, bi’idznillah.

Begitu sering saya membayangkan hidup sehari-hari di tanah hijrah dengan saudari-saudari kaum muhajirin. Saya ingin mencuci pakaian mujahidin dan membesarkan anak-anak mereka dan mengobati luka-luka mereka, menunggu di daftar martir sampai terpilih keluar (Ya Allah, janganlah Engkau menolak kami dan sungguh Engkau tidak akan mengecewakan kami).

Tapi Allah telah menentukan apa yang Ia kehendaki dan lakukan, kita meminta Allah untuk menjadi baik.

“Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 216)

Ketika saya belajar menerima tentang hal itu, saya menahan berita tersebut untuk semua orang. Ketika mereka melihat perubahan, saya menggunakan alasan lain dan mereka pikir merupakan suatu penyakit dan saya ada bersama mereka secara fisik tapi jiwaku berada di dunia lain.

Suatu ketika di suatu malam aku melepaskan jiwaku untuk menumpahkan beban-bebannya, segala kenangan dan berderai air mata. Karena perpisahan dengan (seseorang) yang kita cintai adalah kesulitan terbesar, bagaimana hal itu akan menjadi saat dimana ia adalah salah satu pahlawan umat –kama nahsabuhu, wallahu hasibuhu, inilah persangkaan kami dan kami tidak menyucikan seseorang pun di hadapan Allah–. Setiap kali saya down dan sedih, jiwa saya memberitahu saya untuk mengungkapkan perasaan saya ke salah satu saudari karena mereka dekat dengan saya atau ke yang lain karena dia adalah teman sejati saya, tetapi tidak, melainkan hanya Allah lah sumber pertolongan yang terbaik di saat-saat sulit dan percakapan rahasia kepada Allah dalam doa itu melapangkan hati dan pikiran.

“Beri kami istirahat dengan shalat, Wahai Bilal!”

Sebagaimana disebutkan dalam hadits (Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan) dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma :

“Jagalah Allah, niscaya Allah Ta’ala akan menjagamu. Jagalah Allah, pasti kamu akan mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah Allah di saat lapang, niscaya Dia akan mengenalimu ketika sempit. Jika kamu memohon, maka memohonlah kepada Allah. Jika kamu meminta pertolongan, maka mintalah kepada Allâh. Ketahuilah bahwa sekiranya semua makhluk berkumpul untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa memberikan kamu manfaat kecuali apabila hal itu telah ditakdirkan kepadamu. Dan sekiranya mereka berkumpul untuk mendatangkan suatu bahaya kepadamu, niscaya mereka tidak kuasa mendatangkan bahaya itu kepadamu, kecuali apabila hal itu telah ditakdirkan untukmu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering”.

“Maka, apa saja yang ditakdirkan menimpamu, pasti tidak akan luput darimu. Dan apa saja yang ditakdirkan luput darimu, pasti tidak akan menimpamu”.

“Ketahuilah, sesungguhnya bersama kesabaran ada kemenangan. Dan bersama musibah ada jalan keluar dan setelah kesulitan ada kemudahan”.

Dan memang aku terus seperti itu sampai Allah memberi saya rasa nyaman dan mengusir kekhawatiran saya dan kesedihan itu pergi (meskipun masih sedih, tetapi tanpa kepanikan atas karunia dari Allah).

Kemudian ketika mereka mengetahui tentang berita itu (syahidnya sang suami), aku meminta ucapan selamat dan memberikan permen sampai beberapa saat kemudian bahkan (ada yang) mengatakan, awalnya kami berpikir tentang bagaimana kita akan menghiburnya, tetapi ternyata kita menjadi berharap untuk berkonsultasi dengannya, alhamdulillaah.

Salah satu tujuannya adalah agar raut kesedihan saya tidak boleh mencegah mereka untuk berjihad dan untuk menepis mereka yang menyalahkan orang-orang yang pergi untuk berjihad. Seperti yang biasa saya dengar mereka berkata : “Mengapa dia menikah kalau dia ingin jihad? Mengapa menghukum istri dan anak-anak dengan kepergiannya?”. Dan tudingan-tudingan lain dari (orang-orang) yang duduk berpangku tangan dari jihad (qaidun).

Kami memohon kepada Allah agar diberi keteguhan.

Ketika jatuh gelap... aku tuangkan air mata laksana sungai
Beritahu bintang-bintang tentang rahasia
Berbisik doa kepada yang Maha Kuasa
Dan berterima kasih atas nasib
Dan meminta-Nya untuk pertemuan dengan lelaki yang baik kelak
Lalu aku menyembunyikan sungai air mata itu, karena pagi tampak cahayanya...

Dan terima kasih Ya Allah yang dengan rahmat-Mu perbuatan baiknya dapat tercapai. Dan kami meminta kepada Allah Yang Maha Hidup, yang Maha Kekal, untuk menyatukan kami, anak-anaknya dan keluarga kami dengan dia di Surga Firdaus yang tinggi bersama para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang shalih.. amiin.


Pertanyaan 8 : Apakah ada pesan nasehat ke seluruh para saudari yang kehilangan pasangan mereka di jalan Allah?

Jawaban : Untuk mereka yang kehilangan suami atau putra mereka; kakakku yang mulia dan ibu saya yang baik... Wahai yang telah berkorban karena Allah orang-orang yang berharga yang mereka sangat cintai ketika kita berpikir tentang anda dan Cukuplah Allah untuk anda. Saya tidak akan memberi saran kepada Anda tetapi sayalah yang sedang mencari saran dan arahan dari Anda.

Anda adalah teladan di antara istri-istri mujahid, dan pengantin umat ini pada saat penghinaan dan rasa malu, saya hanya akan mengingatkan diri saya dan saudari-saudari saya bahwa ketulusan niat dan pengorbanan untuk mencari ridha Allah dan menerima takdir dari-Nya, semua ini akan menjadikan kecil cobaan itu.

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. At Taghabun : 11)

Kemudian Anda akan melihat kasih karunia Allah bahwa ia membuka jalan bagi Anda kepada jalan yang benar dan dan mengarahkan Anda ke arah yang benar dalam keterasingan saat ini, yang mengubah kesedihan menjadi kegembiraan dan keprihatinan dalam ketegaran dan pengorbanan.

Wahai gunung yang menjulang dan sungai yang terus mengalir, Anda adalah puncak punuk dan pengendaranya adalah pejalan yang bergegas sampai ia mencapai tujuannya, Insya Allah. Jadi jangan berlambat-lambat sampai Anda bertemu mereka yang berjalan dengan para kafilah di dalam surga, dan tidak akan terjadi kecuali dengan kemenangan atau mati syahid. Jadi tetaplah lanjutkan perjalanan dan jangan melemah oleh rintangan di tengah jalan serta jangan tertipu oleh kata-kata orang-orang yang ingin membuat Anda menyerah, dan jangan mundur dengan iringan orang-orang yang duduk berpangku tangan dari jihad.

Dan janganlah tertipu oleh syaitan –kita berlindung kepada Allah dari nya– bahwa Anda adalah seorang istri Mujahid atau Asy-Syahid dan karena itu Anda tidak boleh berhenti serta hanya berharap mendapat syafaat. Tetapi sebaliknya, peran yang masih besar ada di bahu Anda. Jadi mintalah bantuan dari Allah dan mintalah agar diberi keberhasilan.

Dan sadari bahwa pada hari kebangkitan kekerabatan tidak akan bermanfaat sedikitpun karena setiap orang masing-masing adalah mendapat balasan atas apa yang pernah ia perbuat didunia dan setiap orang dihargai sesuai dengan pekerjaannya, dan semua orang wajib untuk menjalankan perintah Allah dengan sekuat tenaga baik pria atau wanita.

Dan jangan berhenti di pintu perpisahan seolah itu adalah suatu akhir, tidak, melainkan hal itu adalah sebuah awal jalan baru yang tampaknya lebih sulit dan lebih banyak jalurnya, tetapi mohonlah kepada Allah bantuan dan ketegaran dan selalu diberi kesabaran dan iman dan senantiasa renungkanlah ayat-ayat Allah.

“Maka Rabb mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.
Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri.
Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam, dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.
Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Rabbnya, bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti.
Dan sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Rabbnya. Sesungguhnya Allah Amat cepat perhitungan-Nya.
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. (QS. Ali-‘Imran : 195-200)

Dan sadarilah bahwa kehidupan di dunia itu sangat singkat, jadi tinggalkan dunia ini untuk mereka yang mengejarnya dan komitmenlah untuk ketaatan pada Allah, karena di surga yang abadi semua rasa sakit akan hilang dan Anda akan bahagia dengan semangat dan keberhasilan serta puas atas kemurahan balasan dari Yang Maha Pemurah.

Dan pada akhir pertemuan ini, kita memohon kepada Allah yang Maha Kuasa dengan nama-namanya yang indah dan sifat kemuliaan-Nya untuk memberikan kemenangan kepada saudara-saudara mujahidin kami dan memberikan kemenangan bagi mereka.

Diterjemah dari : Forum Ansar Al-Mujahideen

Yang berjudul : A heart moving interview with a mojaheed widow Our sister, Umm Muhaned
Dari : Wawancara majalah Al-Shamikhah
(Saroya Media Istisyhadiyun)











Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...